Review "MAHABHARATA (महाभारत)" versi buku



Karna, Raja dari Angga. Source:here


Kakek yang kuhormati, aku tahu aku ini anak Dewi Kunti, bukan anak sais kereta. Tetapi, aku berhutang budi kepada Duryodhana, aku hidup dan makan dari hasil bumi tanah milik Kaurawa. Aku harus jujur kepadanya dan menepati janjiku sebagai kesatria. Tidak mungkin bagiku untuk menyebrang ke pihak Pandawa sekarang. Ijinkan aku membalas jasa Duryodhana dengan jiwaku. Ijinkan aku melunasi hutangku terhadap kepercayaan dan cintanya kepadaku. Engkau pasti memahami ini dan memaafkan aku. Aku mohon restumu,” kata Karna kepada Bhisma.

Bhisma memahami jiwa besar dan keluhuran budi Karna. Ia membenarkan apa yang diucapkan Karna dan berkata, “ Jika memang demikian ketetapan hatimu, lakukan sebaik-baiknya. Sebab, itulah yang paling pantas kaulakukan.”

Itulah sikap yang diambil Karna sebelum maju ke padang Kurukshetra untuk bertempur melawan Arjuna, adiknya seibu. Meski tahu Kaurawa berada di pihak yang salah, Karna yang menjunjung tinggi nilai kesetiaan dan tahu membalas budi menyatakan memihak Kaurawa yang telah mengangakatnya sebagai saudara dan membesarkan namanya.

Membaca kutipan diatas, gue jadi tau apa yang dirasakan Karna waktu melawan adik kandungnya sendiri. Demi Janji yang harus ditepati, mungkin itulah yang dimaksud dengan sumpah kesatria



Hallooo… masih demam “MAHABHARATA” hahhaa…kalo ‘iya’ berarti samaan sama gue :D.
Mencari pelampiasan, selain jadi stalk-er~ (Bahasanya -.-) twitter, dan instagram mereka (para pemain maksudnya) akhirnya terciptalah post perdana di tahun 2014 ini (padahal tinggal beberapa bulan lagi yak #biarin). Di postingan kali ini, gue bakalan ngasih sedikit banyak tentang garis besar dari epos “Mahabharata” yang dikutip dari karangan Nyoman S. Pendit dari penerbit Gramedia Pustaka Utama (GPU) tahun 2003. Setelah membaca bukunya (dalam bentuk ebook sebenernya), beliau menceritakan cerita yang runut dan mudah dimengerti bahasanya, yang sebelumnya dipandangan gue kalo baca buku ‘sejarah’ itu pasti bahasa bakalan berat dan mungkin akan sulit dipahami, tetapi di buku ini beliau menuturkan dengan apik, bahkan sama seperti yang lagi tayang di salah satu televisi swasta di Indonesia dengan judul yang sama “Mahabharata”. Tanpa basa-basi lagi, yuuk dibaca garis besar cerita dari epos “Mahabarata”.
…..
Diceritakan ada dua bersaudara putra seorang maharaja, yaitu Dritarastra dan Pandu. Dritarastra, si putra sulung, terlahir buta. Karena cacat, menurut kepercayaan Hindu ia tidak bisa dinobatkan menjadi raja menggantikan ayahnya. Sebagai gantinya, Pandu si putra bungsu dinobatkan menjadi raja.
Dritarastra mempunyai 100 putra yang dikenal sebagai Kaurawa, sedangkan Pandu mempunyai lima putra yang dikenal sebagai Pandawa. Kelima Pandawa itu adalah Yudhistira, Bima, Arjuna, Nakula dan Sahadewa. Raja Pandu meninggal dalam usia yang masih muda, ketika anak-anaknya belum dewasa. Oleh sebab itu, meskipun buta, Dritarastra diangkat menjadi raja, mewakili putra-putra Pandu.
Dritarastra membesarkan anak-anaknya sendiri dan Pandawa, kemenakannya. Ia dibantu Bhisma, paman tirinya. Ketika anak-anak itu sudah cukup besar, Bhisma menyerahkan mereka semua kepada Mahaguru Drona untuk dididik dan diberi ajaran berbagai ilmu pengetahuan dan ilmu keprajuritan yang harus dikuasai putra-putra bangsawan dan kesatria.
Setelah para kesatria itu selesai belajar dan menginjak usia dewasa, Dritarastra menobatkan Yudhistira, Pandawa yang sulung, sebagai raja. Kebijaksanaan dan kebajikan Yudhistira dalam memerintah kerajaan membuat anak-anak Dristarastra, terutama Duryodhana putra sulungnya, dengki dan iri hati. Duryodhana bersahabat dengan Karna, anak sais kereta yang sebenarnya putra sulung Kunti, ibu Pandawa, yang terlahir sebelum putri itu menjadi permasuri Pandu.
Sejak semula Karna selalu memusuhi Arjuna. Permusuhan Karna dengan Pandawa diperuncing karena persekutuannya dengan Sakuni. Kedengkian dan iri hati Kaurawa terhadap Pandawa makin mendalam. Kaurawa menyusun rencana untuk membunuh Pandawa dengan membakar mereka hidup-hidup ketika para sepupu mereka sedang beistirahat dalam istana yang sengaja dibuat dari papan kayu. Pandawa berhasil menyelamatkan diri dan lari ke hutan berkat pesan rahasia Widura kepada Yudhistira, jauh sebelum perstiwa pembakaran terjadi.
Kehidupan yang berat selama mengembara di hutan membuat  Pandawa menjadi kesatria-kesatria yang tahan uji dan kuat menghadai segala marabahaya dan kepahitan hidup. Pada suatu hari, mereka mendengar tentang sayembara yang diadakan oleh Raja Drupada dari Negeri Pancala untuk mencarikan suami bagi Dewi Draupadi, putrinya yang terkenal cantik, bijaksana dan berbudi halus.
Sayembara itu diselenggarakan dengan megah dan meriah. Banyak sekali putra mahkota dari berbagai negeri datang untuk mengadu nasib. Tak satu pun dari para putra mahkota yang semuanya gagah perkasa itu berhasil memenangkan sayembara. Tak satu pun kesatria yang mampu memanah sasaran berupa satu titik kecil di dalam lubang sempit di pusat cakra yang terus-menerus diputar. Arjuna yang saat itu menyamar sebagai brahmana maju ke tengah gelanggang. Semula sayembara itu hanya boleh diikuti oleh golongan kesatria yang mampu memenangkannya, Raja Drupada mempersilakan para pria dari golongan lain untuk ikut.
Panah Arjuna tepat mengenai sasaran, ia memenangkan sayembara dan berhak mempersunting Draupadi. Pandawa membawa Draupadi menghadap Dewi Kunti, ibu mereka. Sesuai nasihat Dewi Kunti dan sumpah mereka untuk selalu berbagi adil dalam segala hal, Pandawa menjadikan Dewi Draupadi sebagai istri mereka bersama.
Pernikahan Pandawa dengan Dewi Draupadi. Source: here
Munculnya Pandawa di muka umum membuat orang tahu bahwa mereka masih hidup. Dritarastra memanggil mereka pulang dan membagi kerajaan menjadi dua, untuk Kaurawa dan Pandawa. Kaurawa mendapat Hastinapura dan Pandawa mendapat Indraprastha. Di bawah pemerintahan Yudhistira, Indraprastha menjadi negeri yang makmur sejahtera dan selalu menegakkan keadilan.
Duryudhana iri melihat kemakmuran negeri yang diperintah Pandawa. Ia menyusun rencana untuk merebut Indraprastha dengan mengundang Yudhistira bermain dadu. Dalam tradisi kaum kesatria, undangan bermain judi tidak boleh ditolak. Dengan licik Kaurawa membuat Yudhistira terpaksa bermain dadu melawan Sakuni yang tak segan-segan bermain curang hingga Yudhistira tak pernah bisa menang.
Yudhistira kalah dengan mempertaruhkan kekayaannya, istananya, saudara-saudaranya, bahkan dirinya sendiri. Setelah semua yang bisa dipertaruhkannya habis, Yudhistira yang tak kuasa mengendalikan diri mempertaruhkan Dewi Draupadi, istri Pandawa. Karena kalah berjudi, Yudhistira dan saudara-saudaranya serta Dewi Draupadi diusir dari kerajaan. Mereka diharuskan hidup mengembara di hutan selama 12 tahun, lalu pada tahun ketiga belas harus hidup dalam penyamaran selama satu tahun.
Setelah 12 tahun hidup dalam pembuangan, Pandawa hidup menyamar di negeri Raja Wirata. Yudhistira menyamar sebagai brahmana dengan nama Jaya atau Kanka, Bhima sebagai juru masak dengan nama Jayanta atau Ballawa atau Walala, Arjuna sebagai guru tari yang seperti wanita dengan nama Wijaya atau Brihanala, Nakula sebagai tukang kuda dengan nama Jayasena atau Granthika atau Dharmagranthi, Sahadewa sebagai gembala sapi dengan nama Jayadbala atau Tantripala atau Aistanemi dan Draupadi sebagai dayang-dayang permaisuri raja dengan nama Sairandhri.
Penyamaran Pandawa di negeri Raja Wirata. Source: here
Setelah tiga belas tahun mereka jalani dengan penuh penderitaan, Pandawa memutuskan untuk meminta kembali kerajaan mereka. Perundingan dilakukan dengan Kaurawa untuk mendapatkan kembali Indraprastha secara damai. Sayang, perundingan itu gagal karena Duryodhana menolak semua syarat yang diajukan Yudhistira. Kemudian kedua belah pihak berusaha mencari sekutu sebanyak-banyaknya. Raja Wirata dan Krishna menjadi sekutu Pandawa. Sedangkan Bhisma, Drona, dan Salya memihak Kaurawa. Setelah semua usaha mencari jalan damai gagal, perang tidak bisa dihindarkan. Dalam pertempuran di padang Kurukshetra, Arjuna sedih melihat bagaimana sanak-saudaranya tewas di hadapannya. Arjuna ingin tidak berperang. Ia ingin meletakkan senjata. Untuk membangkitkan semangat Arjuna dan mengingatkan dia akan tugasnya sebagai kesatria, Krishna, sebagai pengemudi keretanya, memberi nasihat mengenai tugas dan kewajiban seorang kesatria sesuai panggilan dharma-nya. Percakapan antara Khrisna dan Arjuna itu dimuat dalam Bhagavadgita.
Pertempuran dahsyat antara Pandawa dan Kaurawa berlangsung selama delapan belas hari. Darah pahlawan bangsa Bharata membasahi bumi padang pertempuran. Bhisma, Drona, Salya, Duryodhana dan pahlawan-pahlawan besar lainnya, juga balatentara Kaurawa musnah di medan perang itu. Aswatthama, anak Drona, membalas kematian ayahnya dengan masuk ke perkemahan Pandawa di malam hari. Ia membunuh anak-anak Draupadi dan membakar habis perkemahan Pandawa.
Pada akhirnya Pandawa memang menang, tetapi mereka mewarisi janda-janda dan anak-anak yatim piatu karena seluruh balatentara musnah. Aswatthama berusaha memusnahkan Pandawa dengan membunuh bayi dalam kandungan istri Abhimayu. Berkat kewaspadaan Krishna, bayi itu dapat diselamatkan. Bayi itu lahir dan diberi nama Parikhesit.
Upacara Aswamedha. Mahabarata EP. 288. Source: here edited by me
Setelah perang berakhir, Yudhistira melangsungkan upacara aswamedha dan ia dinobatkan menjadi raja. Dritarastra yang sudah tua tidak dapat melupakan anak-anaknya yang tewas di medan perang, terutama Duryodhana. Walaupun Dritarastra tinggal bersama Yudhistira dan selalu dilayani dengan sangat baik, namun pertentangan batinnya dengan Bhima tidak dapat dielakkan. Akhirnya Dritarastra minta diri untuk pergi ke hutan dan bertapa bersama istrinya, Dewi Gandhari. Sesuai janji mereka untuk selalu bersama, Kunti menemani Gandhari pergi ke hutan. Dalam sebuah kebakaran hebat yang terjadi dihutan, mereka musnah dimakan api.
Kedukaan yang mendalam atas kematian sanak-saudara mereka dalam perang membuat hati Pandawa tidak bisa tenang. Akhirya setelah menyerahkan takhta kerajaan kepada Parikhesit, cucu mereka, Pandawa meninggalkan ibukota dan pergi mendaki Gunung Himalaya. Seekor anjing menyertai mereka. Dalam perjalanan ke puncak Gunung Himalaya, satu per satu Pandawa gugur. Roh mereka segera diambut Indra, Hyang Tunggal di surga.
Demikianlah ringkasan kisah epos Mabharata [Nyoman S. Pendit, GPU, 2003]



Cover buku Mahabharata. Source: here
Dalam buku ini dijelaskan secara rinci, dari awal mula kakek moyang Pandawa dan Kaurawa. Amat sangat gambling penjelasan yang dijeskan oleh penulis, saya harap buku ini dapat dicetak ulang kembali sehingga dapat dibaca dan dijadikan rujukan (kalo mau dibuat Tugas Akhir) atau bisa juga yang paling penting dijadikan koleksi pribadi sebagai pelengkap atas demam “Mahabharata” :D
 Semoga postingan ini bermanfaat :)

Terima kasih
@rhidayat04
 




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengalaman Interview di PT Fresh On Time Seafood

Cara Download Video dari Youtube dan Dailymotion

Pengalaman ke Balaraja dan Interview di PT Charoen Phokphand Feedmill Balaraja